Adventure Time - Penguin

Jumat, 07 Desember 2018

Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin

MATA KULIAH   : Anatomi Fisiologi  
POKOK BAHASAN  : Sistem Endokrin  
SUB POKOK BAHASAN  : Kelenjar Endokrin, Hormon, 
dan mekanisme kerja    hormon  
SEMESTER    : I 

DASAR TEORI 
Sistem endokrin adalah salah satu sistem yang penting bagi tubuh kita, dimana sistem ini banyak berperan penting dalam menjaga homoestatis tubuh, ketidakseimbangan dari hormon ini akan menyebabkan berbagai gangguan dalam tubuh seperti penyakit gondok dan kekurangan insulin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang menghasilkan hormon dan dapat mensekresikan hormon melalui darah tanpa menggunakan saluran khusus, berbeda dengan kelenjar eksokrin yang mengedarkan sekresinya melalui saluran khusus. Beberapa kelenjar yang ada dalam endokrin yakni kelenjar hipofisis, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, andrenal, ovarium dan testis yang berfungsi menghasilkan hormon yang diperlukan oleh kelenjar endokrin. Walaupun hormon yang dihasilkan dalam jumlah yang kecil namun keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah penting.  Sistem endokrin terdiri dari sel, jaringan, dan organ, secara kolektif disebut kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin ditemukan pada sebagian besar organ tubuh (gambar 1) yang mensekresikan hormon (pesan kimia) ke dalam cairan interstisial. Hormon kemudian masuk ke dalam darah untuk dibawa ke jaringan dan organ lainnya dimana mereka melakukan aksinya dengan mengubah fungsi seluler.

Hormon akan memberikan respon atau efek hanya pada sel targetnya yaitu sel yang memiliki reseptor spesifik untuk hormon tersebut. Sel yang bukan merupakan sel target  untuk hormon tersebut tidak memeiliki resptor spesifik ini dan tidak dipengaruhi oleh hormon. Ilmu yang mempelajari tentang hormon dan organ endokrin disebut endokrinologi.  Hormon disekresikan dalam jumlah yang sangat kecil sehingga konsentrasinya dalam darah sangat rendah. Namun karena mereka beraksi pada sel yang memiliki resptor spsifik, sehingga tidak diperlukan jumlah besar untuk memberikan efek. Secara kimia hormon dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu steroid yang diturunkan dari kolesterol dan nonsteroid yang diturunkan dari asam amino, peptida atau protein.  Eikosanoid adalah kelompok lainnya dari molekul yang disekresikan oleh sel yang menyebabkan aksi spesifik pada sel lainnya. Molekul lipid beraksi sebagai sinyal parakrin karena mereka dilepaskan ke dalam cairan interstisial dan biasanya mempengaruhi hanya pada sel di dekatnya. Contohnya leukotrin dan prostaglandin. Progtaglandin menghasilkan berbagai efek mulai dari meneyebabkan inflamasi dan pembekuan darah untuk meningkatkan kontraksi uterus dalam proses melahirkan dan meningkatkan tekanan darah. Leukotrin membantu mengatur respon imun dan menyebabkan inflamasi dan beberapa reaksi alergi. 

MEKANISME KERJA HORMON 
Semua hormon memberikan efeka nya melalui pengikatan pada reseptor sel target untuk hormon tersebut. Semakin banyak reseptor yang berikatan dengan hormonnya semakin besar juga efek yang ditimbulkannya pada sel target. Semua hormon memepengaruhi sel target dengan mengubah aktivitas metabolik mereka. Misalnya mereka dapat mengubah laju proses seluler secara umum atau mereka dapat menyebabkan atau menghambat proses seluler spesifik. Hasil akhir dari semua ini adalah untuk mempertahankan homeosatsis. Misalnya epinefrin atau adrenalin yang mungkin sudah sering kita dengar, dapat kita jadikan salah satu contoh yang baik untuk menjelaskan respon akurat yang ditimbulkan bergantung pada jenis sel target. Ketika hormon epinefrin terikat ke sel otot polos tertentu di dinding pembuluh darah, dia akan menstimulasi dinding pemebuluh darah tersebut untuk bekontraksi. Ketika epinefrin berikatan ke sel lain selain dari sel otot dia akan memberikan efek yang sangat berbeda, dimana dia tidak menyebabkan sel ini untuk berkontraksi. 

Hormon umumnya menghasilkan satu atau lebih perubahan berikut: 
1. Merubah permeabilitas membran palsma atau potensial membran atau keduanya melalui pembukaan atau penutupan kanal ion. 
2. Menstimulasi sintesis enzim atau protein lainnya dalam sel. 
3. Mengaktifkan atau menonaktifkan enzim 
4. Menginduksi aktivitas sekresi 
5. Menstimulasi mitosis 

JENIS KELENJAR ENDOKRIN 
A. Hipofisis  Kelenjar pituitari ada di dalam otak, tepatnya di bawah hipothalamus. Hormon yang diproduksi oleh hipofisis membantu mengatur pertumbuhan, tekanan darah, produksi dan pembakaran energi, dan berbagai fungsi organ tubuh lainnya. Kelenjar ini meliputi kelenjar anterior dan posterior; masing-masingnya memiliki jenis sekresi yang berbeda.
  
1. Kelenjar Pituritari Anterior Terletak di bagian depan pituitari. Kelenjar ini menghasilkan: 
a. Hormon adrenokortikotropik (ACTH): Hormon ini merangsang produksi hormon adrenal. 
b. Hormon perangsang folikel (FSH) dan Luteinizing hormone (LH): Hormonhormon ini mengatur produksi estrogen dan progesteron pada tubuh wanita dan produksi testosteron pada tubuh pria. Letaknya di ovarium dan testis. 
c. Hormon pertumbuhan (GH): Hormon ini sangat penting dalam pertumbuhan tubuh manusia, terutama di tahun-tahun awal. Untuk anak-anak, hormon ini membantu menjaga komposisi tubuh yang sehat. Untuk orang dewasa, GH bertindak sebagai penyeimbang distribusi lemak serta menjaga kesehatan tulang dan otot. 
d. Prolaktin: Fungsi utama hormon ini adalah menstimulasi produksi ASI pada wanita. Hormon ini juga memiliki efek pada aktivitas seksual yang berbeda pada pria dan wanita. 
e. Hormon perangsang tiroid (TSH): Hormon ini merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormonnya sendiri, yang bertugas mendorong metabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh. 

2. Kelenjar Putuitari Posterior  Terletak di belakang bagian depan pituitari. Kelenjar ini mensekresikan: 
a. Hormon antidiuretik (ADH) atau vasopressin: Hormon ini dihasilkan ginjal untuk meningkatkan penyerapan air dalam darah, mengurangi jumlah air yang keluar dalam urin, dan membantu menyimpan air dalam tubuh. 
b. Oksitosin: Oksitosin memberi sinyal pada rahim untuk memulai proses persalinan. Hormon ini juga bertanggung jawab merangsang produksi ASI. 

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FISIOTERAPI “ALAT-ALAT FISIOTERAPI”

“ALAT-ALAT FISIOTERAPI”

1           1. Tujuan

a.       Agar mengetahui alat-alat fisioterapi
b.      Agar mengetahui fungsi dari alat-alat fisioterapi
c.       Agar mengetahui indikasi dari alat-alat fisioterapi
d.      Agar mengetahui kontra indikasi dari alat-alat fisioterapi
e.       Agar mengetahui cara menerapkannya kepada pasien
1           2.  Dasar Teori
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu maupun kelompok untuk mnegembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi (permenkes No. 80 tahun 2013).
            Seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan teknologi saat ini, agar dapat mewujudkan fasilitas pelayanan kesehatan yang baik dan pembangunan kesehatan dalam menyelanggarakan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup yang optimal. Tempat untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik untuk promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan) dan rehabilitative (pemulihan), yang dilakuka oleh pemerintah daerah, dan masyarakat (PerMenkes No. 80 tahun 2013).
            Sebagai salah satu cabang pelayanan kesehatan, fisoterapi sering diapakai bergantian dengan terapi fisik. Dalam hal menangani pasien, fisioterapi perlu adanya peralatan pendukung agar pelayanan terhadap pasien lebih maksimal.
1           3.  Alat dan Bahan
a.       Alat
1)      SWD (Short Wave Diathermy)
2)      MWD (Micro Wave Diathermy)
3)      US (Ultra Sound)
4)      IR (Infra Red)
5)      TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
6)      Parafin Bath
7)      UV (Ultra Violet)
8)      Hoot/Cool pack
b.      Bahan
1)      Pasien atau probandus
1          4. Cara Kerja
Petunjuk Umum :
-          Siapkan alat
-          Siapkan pasien/probandus
-          Mendiagnosis pasien
-          Melakukan pemeriksaan sensibilitas pasien
-          Memberikan edukasi kepada pasien
-          Merencanakan apa yang akan diberikan kepada pasien
-          Melakukan tindakan yang telah direncanakan
-          Lepaskan segala perhiasan yang pasien kenakan terutama pada bagian yang akan diberikan terapi elektroterapi
-          Kenakan handuk untuk media menyerapnya keringat
-          Posisikan pasien dengan senyaman mungkin
-          Pasien tidak boleh bergerak saat di berikan eletroterapi
-          Melakukan re-evaluasi saat setelah memberikan tindakan.
1)      SWD (Short Wave Diathermy)
-          Nyalakan alat
-          Pemanasan alat 5-10 menit
-          Jarak antara elektroda dengan pasien 5-10 cm atau 1 jenkal
-          Durasi pemakaian SWD sekitar 15-20 menit
-          Intensitas disesuaikan dengan toleransi keadaan pasien
2)      MWD (Micro Wave Diathermy)
-          Nyalakan alat
-          Pemanasan alat 5-10 menit
-          Jarak antara eletroda dengan pasien <10 cm dari kulit
-          Durasi pemakaian MWD sekitar 20-30 menit
-          Intensitas disesuaikan dengan toleransi pkedaan pasien
3)      US (Ultra Sound)
-          Nyalakan alat
-          Berikan gel pada daerah yang akan diterapi
-          Ratakan gel dengan tranduser
-          Durasi pemakaian US disesuaikan dengan luas area yng dibagi dengan luas era
-          Intensitas disesuaikan dengan :
·         Aktifitas tinggi : dosis rendah (1-1,5 W/cm2)
·         Aktifitas sedang : dosis sedang (1-1,5-2 W/cm2)
·         Aktifitas rendah : dosis tinggi (2-3 W/cm2)
4)      IR (Infra Red)
-          Nyalakan alat
-          Panaskan alat, namus pada pemanasan jangan menggunakan pemanasan dengan rasa panas yang tinggi
-          Jarak antara alat dengan pasien 40-50 cm dari kulit
-          Durasi pemakaian IR sekitar 15-30 menit pertitik untuk orang dewasa
 1)      TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
-          Nyalakan alat
-          Tempelkan ped pada bagian tubuh pasien yang akan diberikan TENS
-          Jarak antara alat dengan pasien 40-50 cm dari kulit
-          Durasi pulsa >150 mikrodetik, frkeuensi 150 hz.
5)      Parafin Bath
-          Nyalakan alat, tunggu hingga mencair
-          Celupkan kaki atau tangan kedalam cairan parafin bath
-          Celupkan hingga 8–10x sampai terbentuk sarung tangan tebal
-          Bungkus dengan handuk kering untuk memperthankan panas
-          Durasi 15-20 menit
6)      UV (Ultra Violet)
-          Nyalakan alat
-          Posisikan pasien dengan senyaman mungkin
-          Tutupu semua bagian yang tidak diberika UV
-          Bersihkan bagian yang akan di UV dengan alcohol
-          Area yang akan diterapi dengan UV diberi karbon hitam yang ada lobangnya
-          Untuk terapis harus memakai kacamata
-          Durasi perdetik (15-20)
-          Posisikan alat tegak lurus, saat menggunakan UV
-          Jarak antara alat dengan pasien 60-90cm dari kulit
7)      Hoot/Cool Pack
– Aplikasi Dingin
Masukan Sella Hot/Cold Pack ke dalam freezer selama 1 jam, lalu tempelkan ke bagian yang sakit. Cocok digunakan untuk mengurangi bagian tubuh yang memar, sakit gigi, sakit kepala dan menurunkan panas saat demam.


– Aplikasi Panas
Masukan Sella Hot/Cold Pack ke dalam microvawe selama 10 detik atau celupkan ke dalam air mendidih selama 4-10 menit, lalu tempelkan pada bagian yang sakit. Cocok digunakan untuk mengurangi otot yang tegang, sakit punggung, sinusitis dan keram saat menstruasi.

5.     Pembahasan
Pada saat praktikum hanya menggunakan beberapa alat saja, yaitu SWD (Short Wave Diathermy), dan Hot/Cool Pack.
1)      SWD (Short Wave Diathermy)
Pada alat yang pertama menggunakan SWD (Short Wave Diathermy), sebelum diberikan SWD (Short Wave Diathermy) pasien/probandus diberikan handuk dibagian lumbal atau yang akan diberikan perlakuan. Pada saat diberikan perlakuan pasien/probandus merasakan hangat pada bagian yang diberikan perlakuan.
2)      Hot/Cool Pack.
Pada alat yang kedua menggunakan Hot/Cool Pack, sebelum diberikan perlakuan pasien/probandus diposisikan dengan senyaman mungkin dan kemudian diberikan Hot/Cool Pack. Pada saat diberikan perlakuan pasien diberikan Hot/Cool Pack dibagian leher karena merasakan pegal pada bagian leher. Dan pasien/probandus merasakan relaksasi/perlemasan pada bagian otot leher yang pegal tadi.
a.       SWD (Short Wave Diathermy)
-          Fungsi alat
·         Melancarkan perederan darah
·         Mengurangi spasme pada otot
·         Meningkatkan kelenturan pada jaringan lunak dan
·         Mempercepat penyembuhan pada radang
-          Indikasi alat
Pada alat SWD (Short Wave Diathermy) tidak dinjurkan untuk pasien yang mengalami kasus seperti :
·         Peradangan sehabis trauma (trauma pada musculoskeletal)
·         Nyeri pada musculoskeletal (pemendekan, ketegangan, dan perlengketan otot jaringan)
·         Gangguan pada system peredaran darah
-          Kontraindikasi alat
·         Tidak dianjurkan untuk wanita yang sedang hamil
·         Trauma akut
·         Gangguan sirkulasi pada darah
·         Edema
·         Scar yang besar
·         Gangguan sensibilitas
·         Gangguan kognitif dan komunikasi sehingga sulit melaporkan nyeri
b.       MWD (Micro Wave Diathermy)
-          Fungsi alat
·         Memanaskan jaringan dan pembuluh darah sehingga peradran pada darah menjadi lancer
-          Indikasi alat
·         Selektif pada pemanasan otot (jaringan kolagen)
·         Spasme otot (efektif untuk sendi inter phalangeal, metacarpal, pergelangan tangan, rheumathoid arthritis dan osteoarthrosis).
·         Kelaianan pada saraf perifer (neuralgi neutrisi)
-          Kontraidikasi alat
·         Gangguan pada pembuluh darah
·         Gangguan sensibilitas
·         Infeksi akut
·         Tidak dianjurkan untuk wanita yang sedang hamil
c.      US (Ultra Sond)
-          Fungsi alat
·         Mengurangi ketegangan otot
·         Mengurangi rasa nyeri
·         Memacu proses penyembuhan collagen jaringan
-          Indikasi alat
·         Peradangan trauma akut dan kronik
·         Jaringan parut (scar tissue) pada kulit
·         Ketegangan
·         Pemendekan dan perelngketan jaringan lunak (otot, tendon, ligament)
·         Sirkulasi darah tidak lancer
·         Spasme
·         Frozen sholder
-          Kontraindikasi alat
·         Jaringan lembut (mata, ovarium, testis, otak)
·         Jaringan yang baru sembuh
·         Jaringan/granulasi baru
·         Kehamilan
·         Daerah yang sirkulasi darahnya tidak kuat
·         Infeksi bakteri
d.       IR (Infra Red)
-          Fungsi alat
·         Meningkatkan sirkulasi darah
·         Meningkatkan metabolism tubuh
·         Mengembangkan ph dalam tubuh
e.      TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
-          Fungsi alat
·         Mencegah artrofi pada otot dan memelihara fisiologis otot
·         Re-edukasi otot
·         Nyeri pada tingakatan sensorik
·         Memperlancar peredaran darah
·         Mengulur tendon atau menambah Range Of Motion (ROM)
-          Indikasi
·         Kondisi LMNL (Lower Motor Neuron Lesion) baru yang masih
·         Kondisi sehabis trauma/operasi urat syaraf
·         Pasca operasi tendon transverse
·         Keluhan pada nyeri otot
·         Peradangan sendi
·         Pembengkakan yang belum 10 hari
-          Kotraindikasi
·         Sesudah operasi tendon transverse sebelum 3 minggu
·         Adanya rupture pada tendon/otot
·         Peradangan akut/pemderita dalam keadaan panas
f.       Paraffin Bath
-          Fungsi alat
·         Mobilisasi sendi, dan massage
·         Memperlancar peredaran pada darah
·         Mengurngi rasa sakit
·         Menambah kelenturan jaringan perifer
·         Lingkup gerak sendi
·         Untuk tangan dan kaki
g.      UV (Ultra Violet)
-          Fungsi alat
·         Meningkatkan system pertahanan tubuh
·         Mempercepat penyembuhan luka terbuka
·         Penyakit kulit tertentu
-          Indikasi alat
·         Kondisi tubuh rendah (alergi, asmatis, dan bronchitis)
·         Keterlambatan dalam pertumbuhan dan aktifitas (anak premature, dan cerebral palsy)
·         Penyakit kulit karena jamur
·         Luka lama
·         Hipopigmentasi
·         Acne vulvagaris
-          Kontraindikasi
·         Penyakit akut (TBC, paru, dermatitis dan exim)
·         Penderita yang sedang radio terapi
·         Penderita alergi terhadap sinar UV
6.     Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan kita dapat mengerti alat-alat dalam bidang fisioterapi, kita juga dapat mengerti fungsi alat-alat fisioterapi, indikasi dan kontra indikasi pada alat-alat yang telah dijadikan bahan praktikum.
Dan pada praktikum yang telah dilakukan pasien/probandus sangat nyaman saat diberikan perlakuan pada alat yang telah digunakan.

7.     Daftar Pustaka
-          Novalandawisda.blogspot.com/2016/05/alat-fisioterapi-untuk-penanganan.html?m=1

Dosen Pengampu : Ibu Jinten

Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin

MATA KULIAH   : Anatomi Fisiologi   POKOK BAHASAN  : Sistem Endokrin   SUB POKOK BAHASAN  : Kelenjar Endokrin, Hormon,  dan mekanisme...